Categories
Renungan

Renungan Warta – 20 Februari 2022


 

Garam & Terang Dunia

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”

(Matius 5: 16)


Seorang teolog Kristen Indonesia pernah mengajukan pertanyaan seperti ini: “Apabila esok pagi ternyata tidak ada lagi orang Kristen dan Gereja di dunia ini, apakah dunia akan merasa kehilangan?” Apakah kehadiran kita dicari dan dirindukan, ataukah ketiadaan kita tidak akan dirindukan? Pertanyaan ini merupakan sebuah pengingat akan tanggung-jawab pengikut Kristus untuk memberi dampak bagi dunia.

Ketika Tuhan Yesus mengatakan kau adalah Garam dan Terang dunia, Firman Tuhan sedang menegaskan bahwa nilai kehadiran kita untuk membawa pengaruh dan dampak bagi dunia sekitar merupakan panggilan setiap pengikut Kristus. Gereja tidak boleh hadir untuk melayani dirinya sendiri, menjalani hidupnya sendiri, menikmati keberadaannya sendiri. Gereja hadir di tengah dunia, untuk memberkati dunia. Seperti janji Tuhan kepada Abraham dalam Kejadian 12: 2 “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.”

Kita diberkati, untuk menjadi berkat. Bukan sekedar menjadi penerima berkat, pengoleksi berkat, penikmat berkat; tetapi MENJADI berkat. Ingatlah bahwa garam dan terang merupakan jatidiri kita sebagai orang Kristen. Sehingga kita patut bertanya, sudahkah kita menghidupi peran dan tujuan dari jatidiri kita yang sejati itu? Ataukah kita telah menjadi usang, tidak relevan, dan tidak berfungsi lagi? Yesus berkata: “Jika garam itu menjadi tawar … Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.” Gereja dan iman Kristen harus memberi dampak nyata bagi dunia, agar kita tidak dibuang dan diinjak oleh dunia. Diperlukan semangat perubahan, agar kekristenan kembali mempengaruhi dunia, dan bukan sebaliknya. Marilah kita menghidupi panggilan jatidiri kita sebagai Garam dan Terang dunia. Amin.