Categories
Renungan

Mengulas Tokoh Alkitab Ester (1)


“Ketika Ester – anak Abihail, yakni saudara ayah Mordekhai yang mengangkat Ester sebagai anak–mendapat giliran untuk masuk menghadap raja, maka ia tidak menghendaki sesuatu apapun selain dari pada yang dianjurkan oleh Hegai, sida-sida raja, penjaga para perempuan. Maka Ester dapat menimbulkan kasih sayang pada semua orang yang melihat dia.”
(Ester 2: 15)


Jika anda dapat meminta barang apapun untuk dibawa, yang dapat memikat hati raja, benda apakah yang akan anda minta? Alat kecantikan? Tas branded? Gadget terbaru? Benda-benda demikian tanpa disadari dapat menjadi pengganti jatidiri kita. Dan terkadang orang pun dapat terpikat karena hal-hal yang demikian. Namun dalam kisah Ester kita melihat sikapnya yang menolak untuk meminta barang apapun juga, dan menghadap raja dengan membawa dirinya sendiri.

Dalam kisah latar belakangnya, kita akan melihat Ester bukanlah sekedar wajah cantik yang mempesona secara penampilan fisik saja. Sebagai seorang ‘buangan’ yang dibawa dari Yehuda ke Babilonia, hidupnya sebagai yatim-piatu tidaklah mudah. Namun ia mau mendengar nasehat dan bimbingan dari sosok orang-tua, yaitu Mordekhai. Ester 2: 20 “Ester tetap berbuat menurut perkataan Mordekhai seperti pada waktu ia masih dalam asuhannya.” Keberhasilannya menjadi ratu tidak membuat kepribadiannya berubah. Ia tetaplah pribadi yang baik, luar dan dalam.

Itulah sebabnya, Ester mendapat simpati dari Hegai, sida-sida raja yang mengurus harem kerajaan. Itulah sebabnya, Ester mendapat simpati raja Ahasyweros. Kecantikan fisik semata, tidak akan membawa ia sejauh itu. Tetapi kepribadian yang memancarkan hikmat Tuhan, merupakan kecantikan yang abadi. Seperti 1 Petrus 3:3-4 berkata: “Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.”

Marilah kita menjadi pribadi-pribadi yang berhiaskan manusia batiniah yang menyukakan Allah. Tuhan memberkati. Amin.