Kategori
Renungan

Mengendalikan Keinginan


“Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.”

(Yakobus 1:14)


Dalam 1 Raja-raja 21 kita membaca tentang raja Ahab dengan keinginannya. Rupanya ia tertarik dengan sebidang kebun di samping istananya, yang adalah milik Nabot. Raja berusaha untuk membelinya, bahkan menawarkan ganti lahan yang lebih baik. Tetapi Nabot tidak dapat menjual tanah pusakanya, karena itulah peraturan bagi umat Israel. Raja tidak terima atas penolakan tersebut, menjadi ‘ngambek’ dan ‘uring-uringan’. Melihat itu, maka Izebel, isteri Ahab mengatur agar Nabot difitnah dan dihukum mati. Akhirnya, setelah Nabot mati, raja Ahab dengan senang hati mengambil tanah tersebut.

Kisah tragis ini menggambarkan, betapa keinginan manusia, ketika tidak terkendali dan tidak mengenal prinsip, dapat memiliki daya rusak yang begitu hebat. Manusia dikuasai oleh keinginannya, bukannya manusia menguasai keinginannya. Dan demi keinginan itu, manusia bersedia melakukan apa saja, merelaka segala cara demi mendapatkannya. Dalam kisah raja Ahab, Tuhan tidak berkenan dengan sikap yang demikian dan menghukum Ahab serta Izebel dengan setimpal.

Saat ini kita hidup di jaman penuh dengan tawaran dan godaan keinginan. Ada yang tampak mudah dijangkau, ada yang sepertinya membutuhkan cara-cara seperti Izebel untuk mendapatkannya. Bagaimana kita sebagai orang percaya, menyikapi keinginan-keinginan yang muncul dalam hidup ini? Adalah penting bagi kita untuk memiliki prinsip yang teguh, agar tidak segala keinginan yang muncul dalam hati kita menyeret dan memikat untuk kita penuhi, sehingga tidak menjadi seperti Ahab dan Izebel di kisah ini. Roh Kudus memampukan kita untuk hidup dalam hikmat-Nya. Amin