Categories
Renungan

Menyambut Malaikat


“Biarlah diambil air sedikit, basuhlah kakimu dan duduklah beristirahat di bawah pohon ini; biarlah kuambil sepotong roti, supaya tuan-tuan segar kembali; kemudian bolehlah tuan-tuan meneruskan perjalanannya; sebab tuan-tuan telah datang ke tempat hambamu ini.

(Kejadian 18: 4-5)


Sikap Abraham begitu luar-biasa dalam mempraktekkan hospitality kepada tiga orang yang datang melintasi tempat tinggalnya. Di mata Abraham, mereka adalah orang-orang asing yang dalam peziarahan dan tentunya membutuhkan pertolongan. Bagi masyarakat kuno, adalah sebuah kewajaran bagi seorang tuan rumah untuk menawarkan tempat istirahat, air untuk menyegarkan diri, dan sekedar makanan.

Ternyata keramahan Abraham berdampak luar biasa. Orang yang singgah, ternyata adalah malaikat Tuhan, dan mereka membawa berkat luar biasa bagi Abraham dan keluarganya. Inilah sebabnya dalam tradisi Yahudi, keramah-tamahan terhadap orang asing menjadi suatu nilai yang sangat ditekankan. Seperti Abraham menyambut orang asing, ternyata ia menyambut malaikat-malaikat Tuhan. Kita tidak pernah tahu siapa orang yang menerima layanan kita, oleh sebab itu berusahalah untuk memperlakukan semua orang seperti malaikat Tuhan.

Di masyarakat modern, kita melihat bagaimana hospitality dikembangkan dan diterapkan sangat luas dalam industri. Petugas di bank, rumah sakit, hotel, restoran, semua sangat terlatih untuk membuat orang yang datang merasa disambut dengan hangat dan welcomed. Bagaimana dengan kita sebagai sebuah gereja? Bersediakah kita belajar dari hal-hal baik yang telah dikembangkan dalam dunia hospitality, disertai dengan hati yang tulus dengan terang Firman Kristus? Jika ini yang kita terapkan, tentunya akan membawa dampak yang luar biasa di tengah kehidupan jemaat kita. Selamat menyambut malaikat-malaikat yang Tuhan hadirkan di tengah-tengah kehidupanmu. Tuhan memberkati. Amin.