Categories
Renungan

Keluarga Yang Dipulihkan


“Abraham mencapai umur seratus tujuh puluh lima tahun, lalu ia meninggal. Ia mati pada waktu telah putih rambutnya, tua dan suntuk umur, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya. Dan anak-anaknya, Ishak dan Ismael, menguburkan dia … “


(Kejadian 25:7-9)


Sepintas tidak ada yang aneh dengan catatan peristiwa di atas. Anak menguburkan orang-tua mereka yang telah meninggal dunia. Namun sesungguhnya, ada latar belakang yang pelik dalam relasi Abraham, Ishak, dan Ismael. Ketika Ishak mendapatkan kasih sayang dan pemilihan sepenuhnya dari Abraham; Ismael justru sebaliknya. Di masa remajanya, ia justru diusir bersama dengan Hagar ibunya. Abraham membuang dia, sampai ia bahkan nyaris mati.

Di tengah-tengah keluarga, tidak selalu kita menemukan realitas yang ideal. Sakit hati, pilih kasih, anak-emas, kekecewaan, luka batin, dan banyak kenyataan buruk juga bisa dialami oleh anggota-anggota keluarga. Bayangkan perasaan Ismael terhadap Abraham. Jika anda adalah Ismael, sudikah anda hadir datang ke pemakaman Abraham? Nyatanya, Ismael hadir dan bersama-sama dengan Ishak menguburkan ayah mereka.

Kisah Bapa-bapa Israel dalam kitab Kejadian, juga menunjukkan kepada kita realita ketidak-sempurnaan di tengah keluarga ini: Kedua anak Ishak, Esau dan Yakub mereka pun mengalami perpecahan akibat sikap kedua orang-tua mereka yang pilih kasih. Anak-anak Yakub, mereka memusuhi Yusuf anak kesayangan Yakub, yang kemudian mereka jual sebagai budak ke tanah Mesir. Namun menariknya, apabila kita melihat pada akhirnya mereka semua bisa berpelukan dan dalam tangis haru mengadakan pemulihan, seberapa besar pun tampaknya kesalahan yang pernah terjadi di masa lalu (bdk. Kej 33:4, Kej. 45:15).

Bersediakah kita, memutuskan lingkaran permusuhan dan kepahitan, dan memulai membuka diri untuk pemulihan di tengah-tengah kehidupan keluarga kita? Ketika kita memohon tuntunan Roh Kudus, kiranya kita dimampukan untuk membawa perubahan dan pemulihan bagi keluarga kita. Tuhan Yesus memberkati, Amin.