Categories
Renungan

Sekalipun Tidak …


“Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”

Daniel 3: 17-18


Kitab Daniel pasal 3 mencatat bagaimana Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dipaksa untuk menyembah patung emas yang didirikan oleh Nebukadnezar. Sebuah ambisi raja yang menuntut ketaatan dari warga dan bangsa-bangsa jajahannya. Bagi banyak orang di wilayah timur dekat kuno (ancient near east), tunduk menyembah satu patung bukanlah persoalan. Mereka menyembah banyak dewa-dewi (politeisme). Oleh karena itu, apalah artinya sujud menyembah pada satu berhala baru lagi bagi mereka. Namun tidak demikian bagi umat Israel, karena mereka hanya menyembah satu TUHAN. Hukum pertama yang Dasa Titah (Keluaran 20) adalah, “jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku!” Inilah monoteisme Israel.

Raja murka dan menghukum Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dengan memasukkan mereka ke dalam api peleburan. Di momen seperti itu, kita melihat iman mereka, ketika mereka menjawab raja: Kami yakin Tuhan sanggup lepaskan, namun seandainya Ia tidak lepaskan kami dari api sekalipun … kami tidak akan memuja dewa dan patung emas itu. Inilah iman yang “even if not”. Walaupun Tuhan tidak kabulkan, tidak sembuhkan, tidak wujudkan, … tetapi kami tetap percaya pada Tuhan, bukan yang lain. Tuhan tetaplah Tuhan kami.

Sanggupkah kita beriman yang demikian? Sungguh percaya pada kedaulatan Allah yang agung. Bukan sekedar apabila Ia menuruti permohonan atau keinginan kita. Tidak hanya karena Tuhan telah berikan atau lakukan sesuatu bagi kita semata. Tetapi bahkan ketika kehendak Tuhan ternyata berbeda dari yang kita pinta. Mampukah kita tetap beriman kepada Dia? Selamat hari Minggu, Tuhan memberkati. Amin.