Categories
Renungan

Sehati Menjadi Berkat


Markus 2: 1-12


Ketika Tuhan Yesus sedang berada di Kapernaum, orang-orang berkerumun untuk mendengarkan Firman-Nya. Jumlah mereka begitu banyak, sehingga injil Markus mencatat tidak ada lagi tempat untuk orang di rumah itu. Sekilas, ini tampak seperti kondisi yang ideal. Bukankah kita senang apabila gereja itu full house! Namun ternyata, kerumunan orang banyak itu tidak menjamin kesehatian sebuah persekutuan.

Sebuah persekutuan yang sehati memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Pelaku, bukan Penonton
    Sebuah persekutuan di dalam Tuhan, ditandai dengan sebuah kerinduan untuk membawa saudara yang membutuhkan ke hadapan Tuhan. Ada orang-orang yang tergerak untuk menggotong, menolong, melayani mereka yang “lumpuh”. Inilah para pelaku-pelaku yang bersedia repot, mau bersusah-payah, demi melakukan kebaikan bagi sesamanya. Apakah kita mau repot untuk melayani orang yang membutuhkan?
  2. Bekerja-sama, bukan single-fighter
    Menurunkan orang lumpuh dengan tandu, dari atas atap rumah, bukanlah pekerjaan mudah. Dibutuhkan kerja-sama yang baik, kemampuan untuk mengerti kekurangan dan kelebihan satu sama lain. Dalam sebuah persekutuan yang sehat, pekerjaan yang berat ditangani dalam kerja-sama yang baik. Apakah kita bersedia bekerja-sama dengan orang lain?
  3. Mengatasi tantangan, bukan mundur atau menyerah
    Dalam pelayanan pun, akan ada hambatan dan tantangan. Bentuknya bisa beraneka-ragam. Bisa datang dari luar, atau bahkan dari dalam persekutuan itu sendiri. Orang yang menggotong si lumpuh dalam bacaan kita, terhalang jalannya. Namun mereka tidak menjadi mundur. Mereka mencari jalan keluar, bahkan membuat terobosan-terobosan yang perlu demi kebaikan. Apakah kita bersedia mencari jalan keluar dengan cara kreatif?
  4. Menjadi berkat, bukan mencari berkat
    Yang menarik untuk direnungkan dalam bacaan ini adalah: Siapa yang paling lelah dalam kisah ini? Ke empat orang yang menggotong rekannya yang lumpuh! Namun siapa yang paling menikmati berkat Tuhan? Si lumpuh! Tujuan utama dari melayani adalah untuk menjadi berkat, bukan demi mencari berkat. Bersediakah anda menjadi berkat dan bukan cari berkat?

Mari kita terus berupaya dan berdoa agar kehadiran kita sebagai gereja dipenuhi dengan kesehatian persekutuan yang menjadi berkat bagi sesama. Amin.