Categories
Renungan

Renungan Warta – 27 Maret 2022


 

Seri Ucapan Bahagia

Lemah Lembut

“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.”

(Matius 5: 5)


Sejarah peradaban dunia dipenuhi dengan kisah manusia yang berusaha menaklukkan bumi dengan pedang dan tentara. Kekerasan menjadi norma yang berlaku dalam peperangan, ketika darah musuh harus ditumpahkan agar kita dapat menjadi pemenang. Walau tercatat dalam buku sejarah sebagai pemenang, namun apakah orang yang demikian memberi kesan dan makna mendalam bagi kehidupan umat manusia? Tidak. Sebaliknya dengan Tuhan Yesus, Ia menaklukkan bumi justru dengan kasih. Datang bukan dengan pedang dan kereta perang; tunggangannya adalah keledai sederhana, dan Ia tidak berontak saat disiksa. Tetapi seperti ucapan-Nya di bukit, “berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.” Melalui kelemah-lembutan, Tuhan Yesus justru memberi kehidupan bagi umat manusia.

Manusia sering menganggap kelemah-lembutan sebagai sebuah kelemahan, namun sebenarnya menjadi lemah-lembut membutuhkan kekuatan yang besar. Bukankah sangat mudah untuk menjadi marah, atau melakukan kekerasan? Sementara menahan diri dan memberi respon dengan lembut, membutuhkan upaya yang besar? Di Alkitab, kata yang digunakan untuk kelemah-lembutan adalah praotes,, yang memiliki arti “not easily provoked”. Kata ini memiliki makna seperti seekor kuda yang tenang dan sudah terlatih, yang tidak lagi meronta-ronta apabila diberikan beban atau ditunggangi. Kelemah-lembutan adalah kekuatan yang terkendali, karena hati kita tidak berniat untuk melukai atau menghancurkan orang yang kita hadapi. Seperti teladan Kristus bagi kita.

Demikian juga dalam hidup kita: sebagai orang-tua, barangkali perlakuan kita kasar terhadap anak-anak, sebagai pasangan, kasar terhadap satu sama lain. Seringkali itu menjadi respon paling mudah untuk menyikapi permasalahan atau hal tidak mengenakkan yang kita alami. Namun kelemah-lembutan adalah suatu kualitas yang dapat dan harus kita latih, agar kita mampu menjadi pembawa damai. Percayalah Roh Kudus akan menuntun kita menjadi pribadi yang semakin lemah-lembut. Biarlah kita boleh menjadi pembawa-pembawa damai dalam roh kelemah-lembutan. Tuhan Yesus memberkati. Amin.